Merapi Kini

Alhamdulillah masih diberi kesadaran buat update blog ini.. Secara udah sebulan ngga pernah update, padahal kini tengah memasuki libur semester pertama. Ya walau ada waktu, tapi kalo ngga ada kemauan kan ya sama aja.. Betul kan? Haha oke, kebetulan kemauan itu timbul lagi, dan let’s blogging :).
Oke, kali ini saya mendapatkan kesempatan untuk berjalan-jalan ke Merapi pasca erupsi.  Mengetahui animo warga yang luar biasa untuk berduyun-duyun menyaksikan sisa kebesaran Allah SWT di Merapi, saya jadi ikut tertarik untuk melihatnya secara langsung. Kebetulan juga pas ada temen yang ngajak jalan-jalan kesana. Wah menarik sekali..kesempatan ini tak boleh dilewatkan..

Sebut saja mereka ada Emje, MRZ, HMR, dan tour guide kami, Nani yang notabene sudah hapal segala seluk beluk merapi. Singkat saja akhirnya kami sampai di lokasi tujuan. Tak sulit menemukannya karna lokasi tersebut telah menjelma menjadi sebuah objek wisata baru bagi warga.

keramaian terpancar dari aktivitas warga di lokasi..

Kesan pertama yang terasa ketika memasuki lokasi  adalah hawa yang panas dan bau belerang. Lihat saja bagaimana masih terdapat asap2 bercampur belerang di sejumlah titik. Terlihat juga aliran air membentuk sungai mini yang ternyata airnya masih cukup panas. Tentu saja panas ini tidak ada apa-apanya dibanding ketika erupsi terjadi.
Aliran air ini sangat menarik perhatian warga. Tak jarang ada yang menggunakannya untuk cuci muka mengingat manfaat kandungan belerang yang terkandung. Tak sedikit pula yang memilih membawa pulang air tersebut. Maka tak heran apabila di sekitar ada banyak penjaja botol bekas.

Setelah cukup puas mengadakan observasi lingkungan, kami berpindah lokasi ke pemukiman warga yang terkena langsung dampak erupsi. Subhanallah itulah tanggapan saya.. bagaikan sebuah kota mati, membuat bulu kuduk saya berdiri..

 

 

 

 

Karena itu , marilah kita berdoa agar para korban bencana diterima di sisi-Nya dan diberi kemudahan bagi keluarga yang ditinggalkan. Amin.

 

 

Author: Putu Adhika

Telecommunication Engineering ITB 2010

4 thoughts on “Merapi Kini”

Leave a comment